Sabtu, 30 Maret 2013

A Girl with Scoliosis (Part 3)

Metamorph

Satu tahun telah saya lewati sejak tamat kuliah. Saya bisa beradaptasi dengan semuanya. Saya bisa menghadapi semuanya. Tugas presentasi bisa saya atasi meskipun kadang masih gugup. Saya belajar untuk memberanikan diri menghadapi semua ketakutan saya.

8 Maret 2013. 

Saya memutuskan untuk pergi ke dokter karena kondisi tulang belakang saya yang semakin sering nyeri. Saya sudah tahu jelas dokter akan menyarankan operasi. Namun, bukan itu yang saya harapkan. Mama menemani saya ke rumah sakit. Saya sedikit gugup.

Seperti yang saya duga, dokter hanya bisa menyarankan operasi. Resiko : kelumpuhan. Biaya? Berkisar 200 juta. Tidak ada alternatif lain yang diberikan. Saya agak kesal dengan dokter itu. Saya menjalani rontgen, dan pengukuran menunjukkan bahwa kemiringan tulang belakang saya sudah 115 derajat. Itu berarti sudah parah. Saya bergidik melihat hasil rontgen saya. Tulang belakang saya sudah menyerupai huruf S. Benar-benar mirip huruf S.

Bila saya tidak menjalani operasi, saya akan terus merasakan nyeri dan pegal-pegal ini. Sempat terbaca oleh saya di internet, ada seorang pria yang meninggal di usia 31 tahun karena skoliosis ini. Tulang rusuknya menjepit jantungnya. Saya terkejut. Saya tidak mau menjalani operasi. Resiko dan biaya yang besar itu membuat saya berpikir berkali-kali. Apalagi, kesembuhan bukan 100%. Hanya akan sembuh 30-50%. Juga operasi ini akan memakan waktu saya sekitar 3 bulan, berarti saya harus cuti kuliah. Saya tidak mau mengorbankan terlalu banyak hal untuk kesembuhan yang belum pasti dan tidak signifikan.

Lalu saya memutuskan, saya akan menjadi orang yang berhasil melalui skoliosis ini. Saya tidak tahu dari mana keyakinan itu. Saya benar-benar yakin, skoliosis ini merupakan suatu pelajaran bagi saya, bukan harga mati untuk hidup saya.

Ada suatu alasan mengapa saya diberi pelajaran ini. Ada sesuatu yang harus saya lakukan dengan skoliosis ini. Ya, saya sangat yakin. Saya memutuskan untuk berjuang. Saya akan terbuka tentang skoliosis saya. Tidak ada lagi yang perlu ditutup-tutupi. Suatu saat, saya akan membangun sebuah yayasan bagi para scolioser lainnya, dimana saya akan memberikan penyuluhan informasi kepada mereka mengenai scoliosis ini, dimana saya telah sukses dan bisa memotivasi scolioser lainnya untuk berjuang dan sembuh.

Mustahil menurut Anda? Saya yakin saya bisa. Saya yakin seyakin-yakinnya. Ada alasan dibalik setiap cobaan yang kita dapat. Apakah anda mau lari, pasrah, atau menyelesaikannya, semua adalah keputusan Anda. Saya memutuskan untuk mengubah hidup saya karena skoliosis ini. Saya memutuskan untuk melakukan perubahan, baik hidup saya mau pun hidup orang lain. Ketika orang lain bisa melakukan hal hebat dengan segala keterbelakangannya, saya yang hanya dengan skoliosis ini tidak punya alasan untuk berkecil hati dan menyerah.

Ini hanya sepenggal kecil dari hidup saya. Mari kita lihat apa yang akan terjadi nanti.

Fera Leo, a Scolioser.

2 komentar:

  1. tetap semangat ya mbak Fera!
    salam kenal .
    Herry - allyainnaz.net

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga mas Herry. titip salam buat allya. Semangat!

      Hapus