Ketika menuliskan judul post ini, jujur aku jadi ragu apakah aku masih bisa disebut "girl" di usia 22 tahun ini. Oke, abaikan.
Tidak terasa aku uda sanggup berbagi selusin (12 parts) cerita skoliosis ku di blog ini. For your information, memulai untuk terbuka sangatlah sulit. Yeah, taking the first step was not easy. But here I am. Uda selusin yang aku bagi! Di sela-sela waktuku, aku blog-surfing a.k.a stalk beberapa blog scolioser lainnya. Ohya, hari ini juga aku nambahin satu gadget di blog aku. Coba cek sebelah kanan halaman blog ini. Ada yang judulnya "My Fav Scoliosers". Mereka adalah segudang scolioser yang aku sering stalk. Hehehe. Dari kegiatan blog surfing ini, aku merasa lebih percaya diri dan lebih aware dengan skoliosis. Salah satu blog favoritku adalah blog allya innaz. Blog itu lengkap banget soal skoliosis! Teman-teman baik sesama scoliosers maupun non-scoliosers pasti jadi lebih pintar setelah baca blog itu. Nah, dari hasil blog surfing hari ini, ada beberapa hal yang menarik perhatianku:
1. WANITA SKOLIOSER APAKAH BISA HAMIL?
Iya, aku memang seorang skolioser. Tapi aku juga seorang wanita #cieileeeh. Oke serius. Sebagai remaja yang bertransisi ke masa dewasa bersama dengan skolioser, aku tidak terlepas dari isu ini. Mama beberapa kali mengkhawatirkan nanti kalau aku hamil gimana. Aku memang belum menikah tapi ya namanya orang tua. Memikirkan masa depan anaknya. Secara, aku yang masih lajang ini bawa laptop 14 inci aja kadang sesak-sesak dan nyeri sana sini. Membayangkan hamil dan harus menenteng sesuatu di perut setiap saat, agak hmmmm. Nah, dari hasil blog surfing aku, ternyata banyak loh penelitian yang menunjukkan bahwa gak ada pengaruh skoliosis ke kehamilan. Wanita skolioser bisa hamil dan melahirkan sama seperti wanita lainnya. Yang signifikan mungkin di rasa nyeri dan sesaknya. Saat hamil, janin kan mendorong diafragma ke atas, sang ibu yang skolioser mungkin akan merasa lebih sesak dibanding ibu non-skolioser. Juga wanita skolioser yang hamil akan merasakan nyeri punggung/pinggang yang lebih signifikan. Membayangkannya emang agak menyiksa. Hahaha. Tapi itu bukan berarti aku akan takut. Dalam pandanganku, menjadi ibu itu sebuah anugerah. Entah apakah ini dikarenakan aku punya hubungan yang dekat dengan Mama. Aku sangat mengagumi para Ibu dan berharap suatu hari bisa menjadi a mother with a warm heart.
2. SCOLIOSER BECAME A LIFTER?
Papa dulunya adalah seorang pelatih angkat besi yang sempat memenangkan PON (Pekan Olahraga Nasional) berkali-kali loh. Eits, tapi bukan berarti aku mau mengikuti jejak Papa. Berikut ini adalah cerita salah satu lifter yang keren banget! Dia scolioser! Dia juga lifter! Coba baca sedikit kutipannya dulu ya (sumber: http://stronglifts.com/lamar-gant-long-limbs-deadlift/)
If you’re not familiar with Lamar Gant, he was the 1st man to Deadlift 5x body-weight: 661lb at 132lb. He later pulled 688lbs and is the world record holder in the 123lb and 132lb weight class. Lamar Gant is 15x IPF world champion, 18x National Champion and even made the Guinness Book of Records. Before you say that it was easier for him because he had gorilla like arms that almost reached the top of his knees, look at his other lifts. Lamar Gant was NOT just an amazing Deadlifter, he also achieved a 615lb Squat and 352lb Bench! Lamar Gant Benched 352lb at 132lb even though he had gorilla like arms.
Add that Gant also had scoliosis, and as you can see on the picture below, he has a lot more curvature than StrongLifts Member Harrison (“Maslow”, page 69 in the 5×5 report) and I do. Maybe this was one of Gant’s motivation: keeping his back healthy by strengthening the surrounding muscles with heavy lifting. Lamar Gant had scoliosis and yet he became a world class lifter. If Lamar Gant could do it, why not you?
Tulang belakangnya yang berbentuk S |
WOW banget gak sih? Lihat bagaimana dia membentuk semua otot-ototnya bersama skoliosisnya. Aku terinspirasi banget pas baca cerita Lamant Gant ini. Bukan terinspirasi untuk membentuk otot juga. Tapi lihat bagaimana kuatnya dia. Dia sanggup mengalahkan semua rasa nyerinya! Aku berjanji akan tidak sering mengeluh lagi.
3. RESIKO OPERASI
Aku merencanakan akan berkonsultasi dengan dokter mengenai operasiku setelah skripsiku selesai. Yap, aku memutuskan akan melakukan operasi untuk skoliosis ini. Tentunya, semuanya harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Aku akan berusaha semampuku, sisanya akan kupercayakan kepada-Nya. Baik sebelum maupun sesudah mengambil keputusan ini, sebenarnya aku terkadang terbayang dengan resiko operasi, yaitu lumpuh. Bahkan ada yang bilang, pen/implan yang tertanam bisa saja patah dan menusuk syaraf di tulang belakang yang bisa menyebabkan lumpuh di daerah tertentu. Hm, serem sih. Tapi kejadian begitu hanya satu banding sekian banyaknya kasus. Apalagi mengingat zaman sekarang yang makin topcer, resiko itu sudah diminimalisir atau hampir tidak ada. Otak manusia cenderung membesar-besarkan hal negatif. Itu yang membuat hal yang seharusnya tidak perlu dipermasalahkan menjadi kekhawatiran besar. Setelah sadar akan hal ini, aku berusaha memberitahu otakku agar tidak membesar-besarkan masalah. Yah, ini juga salah satu kekuranganku. Aku kadang mengkhawatirkan yang tidak perlu.
4. BIAYA OPERASI
Di beberapa FAQ pre-operation menyebutkan bahwa biaya operasi skoliosis biasanya berkisar 70-80 juta. Tapi ini tergantung lagi berapa jumlah implan yang dipasang. Dua tahun lalu dokterku menyatakan kisaran operasi untuk skoliosisku adalah 200juta. Perbedaan yang besar bukan? Saat itu aku tidak bertanya lebih detail lagi karena saat itu aku juga tidak berniat operasi. Sekarang uda ada niat operasi baru muncul tanda tanya -_- beginilah manusia, saudara-saudara. Tebak tebak berhadiah, mungkin ini disebabkan oleh derajat kurvaku yang sudah tergolong sangat parah sehingga implan yang perlu dipasang lebih banyak. Aku bersyukur sekaaaaaaaali ada beberapa tangan yang mengulurkan bantuan untukku sehingga aku tidak terlalu khawatir soal biaya lagi. Aku hanya sedikit khawatir menjadi tidak produktif pasca operasi. Bagaimana bisa aku tidak mengajar selama satu bulan. Tapi kan masih bisa jualan ya. Ah, sudahlah. Selama ada kemauan pasti ada jalan. Selama itu memang rezekiku ga akan kemana. #memangmataduitan
5. ALTERNATIF?
Nah, selain operasi aku mempertimbangkan beberapa alternatif. Secara medis memang untuk kurvaku (115 derajat), satu-satunya jalan adalah operasi. Namun, ada kemungkinan aku tidak bisa mengikuti operasi seperti halnya kesehatanku yang belum cukup siap (tubuhku tergolong lemah) atau biaya yang belum cukup. Banyak yang menyarankan yoga dan berenang. Untuk yoga, ternyata yoga hanya disarankan bagi skolioser dengan kurva ringan. Kalau sudah parah sepertiku, ditakutkan bisa lebih progressive lagi kurvaku. Kalau berenang gimana? Berenang juga ada gaya tertentu aja yang boleh dilakukan. Gak sembarangan. Aku lupa nama gayanya, yang gaya cantik punggungnya terapung gitu. Hm, jujur sejujurnya, aku gak bisa berenang sama sekali. Aku berusaha mencari waktu untuk les berenang. Kakakku mau menemaniku berenang setiap hari Minggu tapi aku ngajar di hari Minggu pagi :'( Ohya, satu lagi alternatif yang aku pikirkan, yaitu SpineCor! Spinecor itu brace lentur yang katanya bisa mengurangi kurva juga. Tapi aku belum pernah melihat testimoni dari skolioser derajat 100 ke atas yang menggunakan spinecor. Untuk hal ini, nanti aku akan diskusikan dengan dokter.
6. DOs AND DONTs FOR SCOLIOSERS
Oh ini adalah salah satu isu yang paling mengejutkan aku. Beberapa dokter di web terkait treatment scoliosis menganjurkan agar penderita skoliosis tidak melakukan gerakan yang berkaitan dengan melenturkan tulang belakang, misalnya kayang. Omg, itu adalah salah satu hal yang selalu kucoba saat aku merasakan nyeri di punggung. Satu lagi! Posisi tidur gak boleh telungkup (bersandar pada perut) karena ini adalah pose terburuk bagi scolioser. OMG OMG. Ini adalah posisi favoritku kalau ngerjain tugas atau main laptop. Soalnya aku gak tahan duduk. Kayak harus selalu menopang tulang belakangku dan low back pain akan muncul. Sebentar-sebentar aku harus berbaring dan bisa ketiduran atau jadi males. Sedangkan kalau posisi telungkup, aku bisa bertahan lebih lama. Memang aku sadari, setelah mengerjakan tugas/main laptop dengan posisi telungkup, aku merasakan nyeri di bagian atas punggung atau di bagian depan dada. Setelah mengetahui hal ini, aku berusaha mengganti-ganti posisiku. Kalau tidur juga harus posisi yang ideal, gak boleh bertumpu pada satu sisi badan.
Sekian untuk hari ini ya. Setelah siap ngetik baru sadar kalau post ini panjang banget. Maaf aku bukan tipe yang bisa nulis tulisan singkat jelas padat. Semoga bermanfaat. Have a nice day everyone ^^
Fera Leo, a scolioser