Selasa, 28 April 2015

A Girl With Scoliosis (Part 12)

Ketika menuliskan judul post ini, jujur aku jadi ragu apakah aku masih bisa disebut "girl" di usia 22 tahun ini. Oke, abaikan.

Tidak terasa aku uda sanggup berbagi selusin (12 parts) cerita skoliosis ku di blog ini. For your information, memulai untuk terbuka sangatlah sulit. Yeah, taking the first step was not easy. But here I am. Uda selusin yang aku bagi! Di sela-sela waktuku, aku blog-surfing a.k.a stalk beberapa blog scolioser lainnya. Ohya, hari ini juga aku nambahin satu gadget di blog aku. Coba cek sebelah kanan halaman blog ini. Ada yang judulnya "My Fav Scoliosers". Mereka adalah segudang scolioser yang aku sering stalk. Hehehe. Dari kegiatan blog surfing ini, aku merasa lebih percaya diri dan lebih aware dengan skoliosis. Salah satu blog favoritku adalah blog allya innaz. Blog itu lengkap banget soal skoliosis! Teman-teman baik sesama scoliosers maupun non-scoliosers pasti jadi lebih pintar setelah baca blog itu. Nah, dari hasil blog surfing hari ini, ada beberapa hal yang menarik perhatianku:

1. WANITA SKOLIOSER APAKAH BISA HAMIL?

Iya, aku memang seorang skolioser. Tapi aku juga seorang wanita #cieileeeh. Oke serius. Sebagai remaja yang bertransisi ke masa dewasa bersama dengan skolioser, aku tidak terlepas dari isu ini. Mama beberapa kali mengkhawatirkan nanti kalau aku hamil gimana. Aku memang belum menikah tapi ya namanya orang tua. Memikirkan masa depan anaknya. Secara, aku yang masih lajang ini bawa laptop 14 inci aja kadang sesak-sesak dan nyeri sana sini. Membayangkan hamil dan harus menenteng sesuatu di perut setiap saat, agak hmmmm. Nah, dari hasil blog surfing aku, ternyata banyak loh penelitian yang menunjukkan bahwa gak ada pengaruh skoliosis ke kehamilan. Wanita skolioser bisa hamil dan melahirkan sama seperti wanita lainnya. Yang signifikan mungkin di rasa nyeri dan sesaknya. Saat hamil, janin kan mendorong diafragma ke atas, sang ibu yang skolioser mungkin akan merasa lebih sesak dibanding ibu non-skolioser. Juga wanita skolioser yang hamil akan merasakan nyeri punggung/pinggang yang lebih signifikan. Membayangkannya emang agak menyiksa. Hahaha. Tapi itu bukan berarti aku akan takut. Dalam pandanganku, menjadi ibu itu sebuah anugerah. Entah apakah ini dikarenakan aku punya hubungan yang dekat dengan Mama. Aku sangat mengagumi para Ibu dan berharap suatu hari bisa menjadi a mother with a warm heart.

2. SCOLIOSER BECAME A LIFTER?

Papa dulunya adalah seorang pelatih angkat besi yang sempat memenangkan PON (Pekan Olahraga Nasional) berkali-kali loh. Eits, tapi bukan berarti aku mau mengikuti jejak Papa. Berikut ini adalah cerita salah satu lifter yang keren banget! Dia scolioser! Dia juga lifter! Coba baca sedikit kutipannya dulu ya (sumber: http://stronglifts.com/lamar-gant-long-limbs-deadlift/)

If you’re not familiar with Lamar Gant, he was the 1st man to Deadlift 5x body-weight: 661lb at 132lb. He later pulled 688lbs and is the world record holder in the 123lb and 132lb weight class. Lamar Gant is 15x IPF world champion, 18x National Champion and even made the Guinness Book of Records. Before you say that it was easier for him because he had gorilla like arms that almost reached the top of his knees, look at his other lifts. Lamar Gant was NOT just an amazing Deadlifter, he also achieved a 615lb Squat and 352lb Bench! Lamar Gant Benched 352lb at 132lb even though he had gorilla like arms. 

Add that Gant also had scoliosis, and as you can see on the picture below, he has a lot more curvature than StrongLifts Member Harrison (“Maslow”, page 69 in the 5×5 report) and I do. Maybe this was one of Gant’s motivation: keeping his back healthy by strengthening the surrounding muscles with heavy lifting. Lamar Gant had scoliosis and yet he became a world class lifter. If Lamar Gant could do it, why not you?
Tulang belakangnya yang berbentuk S
WOW banget gak sih? Lihat bagaimana dia membentuk semua otot-ototnya bersama skoliosisnya. Aku terinspirasi banget pas baca cerita Lamant Gant ini. Bukan terinspirasi untuk membentuk otot juga. Tapi lihat bagaimana kuatnya dia. Dia sanggup mengalahkan semua rasa nyerinya! Aku berjanji akan tidak sering mengeluh lagi.

3. RESIKO OPERASI

Aku merencanakan akan berkonsultasi dengan dokter mengenai operasiku setelah skripsiku selesai. Yap, aku memutuskan akan melakukan operasi untuk skoliosis ini. Tentunya, semuanya harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Aku akan berusaha semampuku, sisanya akan kupercayakan kepada-Nya. Baik sebelum maupun sesudah mengambil keputusan ini, sebenarnya aku terkadang terbayang dengan resiko operasi, yaitu lumpuh. Bahkan ada yang bilang, pen/implan yang tertanam bisa saja patah dan menusuk syaraf di tulang belakang yang bisa menyebabkan lumpuh di daerah tertentu. Hm, serem sih. Tapi kejadian begitu hanya satu banding sekian banyaknya kasus. Apalagi mengingat zaman sekarang yang makin topcer, resiko itu sudah diminimalisir atau hampir tidak ada. Otak manusia cenderung membesar-besarkan hal negatif. Itu yang membuat hal yang seharusnya tidak perlu dipermasalahkan menjadi kekhawatiran besar. Setelah sadar akan hal ini, aku berusaha memberitahu otakku agar tidak membesar-besarkan masalah. Yah, ini juga salah satu kekuranganku. Aku kadang mengkhawatirkan yang tidak perlu.

4. BIAYA OPERASI

Di beberapa FAQ pre-operation menyebutkan bahwa biaya operasi skoliosis biasanya berkisar 70-80 juta. Tapi ini tergantung lagi berapa jumlah implan yang dipasang. Dua tahun lalu dokterku menyatakan kisaran operasi untuk skoliosisku adalah 200juta. Perbedaan yang besar bukan? Saat itu aku tidak bertanya lebih detail lagi karena saat itu aku juga tidak berniat operasi. Sekarang uda ada niat operasi baru muncul tanda tanya -_- beginilah manusia, saudara-saudara. Tebak tebak berhadiah, mungkin ini disebabkan oleh derajat kurvaku yang sudah tergolong sangat parah sehingga implan yang perlu dipasang lebih banyak. Aku bersyukur sekaaaaaaaali ada beberapa tangan yang mengulurkan bantuan untukku sehingga aku tidak terlalu khawatir soal biaya lagi. Aku hanya sedikit khawatir menjadi tidak produktif pasca operasi. Bagaimana bisa aku tidak mengajar selama satu bulan. Tapi kan masih bisa jualan ya. Ah, sudahlah. Selama ada kemauan pasti ada jalan. Selama itu memang rezekiku ga akan kemana. #memangmataduitan

5. ALTERNATIF?

Nah, selain operasi aku mempertimbangkan beberapa alternatif. Secara medis memang untuk kurvaku (115 derajat), satu-satunya jalan adalah operasi. Namun, ada kemungkinan aku tidak bisa mengikuti operasi seperti halnya kesehatanku yang belum cukup siap (tubuhku tergolong lemah) atau biaya yang belum cukup. Banyak yang menyarankan yoga dan berenang. Untuk yoga, ternyata yoga hanya disarankan bagi skolioser dengan kurva ringan. Kalau sudah parah sepertiku, ditakutkan bisa lebih progressive lagi kurvaku. Kalau berenang gimana? Berenang juga ada gaya tertentu aja yang boleh dilakukan. Gak sembarangan. Aku lupa nama gayanya, yang gaya cantik punggungnya terapung gitu. Hm, jujur sejujurnya, aku gak bisa berenang sama sekali. Aku berusaha mencari waktu untuk les berenang. Kakakku mau menemaniku berenang setiap hari Minggu tapi aku ngajar di hari Minggu pagi :'( Ohya, satu lagi alternatif yang aku pikirkan, yaitu SpineCor! Spinecor itu brace lentur yang katanya bisa mengurangi kurva juga. Tapi aku belum pernah melihat testimoni dari skolioser derajat 100 ke atas yang menggunakan spinecor. Untuk hal ini, nanti aku akan diskusikan dengan dokter.

6. DOs AND DONTs FOR SCOLIOSERS

Oh ini adalah salah satu isu yang paling mengejutkan aku. Beberapa dokter di web terkait treatment scoliosis menganjurkan agar penderita skoliosis tidak melakukan gerakan yang berkaitan dengan melenturkan tulang belakang, misalnya kayang. Omg, itu adalah salah satu hal yang selalu kucoba saat aku merasakan nyeri di punggung. Satu lagi! Posisi tidur gak boleh telungkup (bersandar pada perut) karena ini adalah pose terburuk bagi scolioser. OMG OMG. Ini adalah posisi favoritku kalau ngerjain tugas atau main laptop. Soalnya aku gak tahan duduk. Kayak harus selalu menopang tulang belakangku dan low back pain akan muncul. Sebentar-sebentar aku harus berbaring dan bisa ketiduran atau jadi males. Sedangkan kalau posisi telungkup, aku bisa bertahan lebih lama. Memang aku sadari, setelah mengerjakan tugas/main laptop dengan posisi telungkup, aku merasakan nyeri di bagian atas punggung atau di bagian depan dada. Setelah mengetahui hal ini, aku berusaha mengganti-ganti posisiku. Kalau tidur juga harus posisi yang ideal, gak boleh bertumpu pada satu sisi badan.


Sekian untuk hari ini ya. Setelah siap ngetik baru sadar kalau post ini panjang banget. Maaf aku bukan tipe yang bisa nulis tulisan singkat jelas padat. Semoga bermanfaat. Have a nice day everyone ^^

Fera Leo, a scolioser

Senin, 20 April 2015

17th April 2015: In Memoriam of Dad

Two years passed. 

I don't like to grieve for too long but that day was different. That day was two years memorial of Dad. 
17th April 2013- 17th April 2015

For telling you the truth, my relationship with Dad was not as close as others. We had lived separately since I was very very young because of my parents' divorce. Yes, I was very young and I even didn't really understand why we suddenly lived separately. There was a hard time when my family had to adjust with that situation. But then everything went like nothing happened. Dad kept visiting us. He didn't stay in the same home with us, it didn't mean he had left us. We went swimming on Sundays. That we refers to me, my sister, my mother and my father. My complete family. Dad took us to swimming pool at Thamrin Plaza. Mom took care of me and my sister. Dad watched us from the gym center next to swimming pool. When we felt tired, we took a break and had snacks together. The common snacks we had were that "kue Mayung" sold at the 1st floor or fried rice from Food Court. My silly Dad would join us and made some jokes. Laughing together at the pool side. Spending day like that was amazing.

Then  we grow up. Dad started to be busy with his new family. He spent weekend without us. Another new situation we had to adjust with again. It was not easy. When Sunday came, we prepared everything and waited for Dad fetch us to swimming. He didn't come. We gave him a call and he said he couldn't swim on that day and asked us to go by ourselves. He promised us that he would join next time. But that day never comes. We lost him. 

Things like that happened a lot. I went through many situation that I had to adjust with. Some I succeed, some I failed. He was too far for me to reach. Sometimes Dad visited us and talked about random things. He sometimes forgot how old I am or when is my birthday. I once asked him why he left us. He answered "because your mom can earn money by herself". Mom is an independent woman. I was very young and dont know what he meant. The older I am,  I tried to think about it. So, because of Mom's independence, does she deserve to be left? Do we deserve that hard situations? I questioned everything in my mind. Mom suffers enough and I just keep everything in mind. No need to bother her. I answered the questions by myself until that day came.

He suddenly left us again. Another hard time to bear. I went through it. I have already been able to smile or laugh while I talk about Dad. However, I can't lie that I still miss him. I miss him a lot. I still wish he were here. We miss him. Rewinding all the memories, it is still unbelievable he had gone. I have passed two years without you, Dad. Will I be able to go through other years without you? Even while writing this post, I cannot hold my tears. You know your youngest daughter is not that strong. Not at all.


Kamis, 16 April 2015

A Girl with Scoliosis (Part 11)

Hey dear,

Back to me, one of the scoliosers. Kalau uda nampak judul postingan ini, seharusnya uda tau dong ya aku mau bahas apa. 

Fyi, aku lagi nyusun skripsi berkaitan dengan skoliosis dimana aku mengutip beberapa blog sesama skolioser untuk dijadikan latar belakangku. Yah, memang sedang sedikit stress dengan skripsi. Kekhawatiran ga bisa cepat tamat sedang menyelimuti. Tetapi setiap aku membaca kutipan blog teman-teman sesama scolioser, itu membuatku lebih kuat. Membuatku menyadari bahwa aku tidak sendiri di dunia ini. Bukan aku seorang yang hanya mengalami skoliosis ini. Membuatku sadar bahwa ada orang lain, dengan cerita skoliosis versi hidupnya. Aku bersyukur memilih topik ini untuk penelitianku. Bermanfaat untuk orang lain dan diriku juga. 

Hubungan dengan teman-teman skolioser juga semakin erat. Senang sekali rasanya bisa berbagi dengan mereka. As you know, derajatku (terakhir kali dicek sekitar 1-2 tahun lalu) adalah 115 derajat yang mana itu termasuk golongan parah (severe). Belakangan ini, aku sedang merasakan efek dari skoliosis ini. Tulang rusukku sakit setiap aku menarik nafas. Nafasku pun mulai terasa semakin pendek-pendek. Terkadang jantungku tiba-tiba terasa dililit tali. Aku merasakan nyeri di bagian pinggang hingga pinggulku. Saat duduk, aku merasakan tulang ekorku seperti memberontak dan menarik-narik diriku untuk berbaring. Saat berdiri, aku merasakan nyeri seolah tulang belakangku tak sanggup menopang diriku lagi. Aku berusaha sekuat mungkin untuk melakukan kegiatanku seperti biasanya. Namun, ada kalanya aku menyerah dan memilih mengambil hari off. Ada kalanya aku takut sekali mungkin saja tulang rusukku sudah menjepit jantungku dan aku bisa mati kapan saja.

Keadaan ini terkadang membuatku merasa tidak berguna. Di saat Mama dan kakakku bekerja, aku tidak ingin membebani dan ingin ikut bekerja keras, bahkan jika bisa lebih keras lagi. Tapi badan ini memberontak dan menuntutku untuk hanya berbaring. Aku sedang menimbang-nimbang jalan yang akan kupilih setelah menyelesaikan studi S-1 ini. Beberapa teman memilih melanjutkan S-2, beberapa teman memilih untuk bekerja (biasanya lulusan S-1 kebanyakan bekerja sebagai HRD). 

Menjadi HRD memang sesuai dengan jurusan kuliahku (psikoologi), tapi biasanya pekerjaan ini akan membutuhkan waktu full time 8 jam di kantor dan gaji, yah sekitaran UMR. Jujur aku takut aku tidak bisa bertahan dengan kondisi fisiknya. Sedangkan jika tetap lanjut mengajar, waktu ku akan lebih fleksibel dan jujur saja penghasilan mengajar yang notabene hanya beberapa jam bisa lebih besar daripada kerja kantoran yang 8 jam. Cuma aku merasa sayang dengan ilmu yang sudah kuperoleh di bangku kuliah. Melanjutkan S-2 masih menjadi pilihan terakhirku. Tanya ditanya, untuk psikologi profesi minimal menghabiskan 50 juta untuk 2.5 tahun. Yah, ini semua masih pertimbangan. Aku akan memikirkannya sembari menyelesaikan tugas akhir ini.

Di samping semua kekuranganku sebagai scolioser, aku ingin melakukan banyak hal untuk keluarga dan temanku. Aku hanya bisa berdoa agar Tuhan membantuku dalam setiap langkahku. Di saat aku merasa hidup ini kacau, aku berusaha mengingat bahwa mungkin rencana Tuhan akan lebih indah daripada rencanaku.

Ohya, hari ini aku berpapasan dengan seseorang. Seseorang yang pernah mengatai aku cacat karena skoliosisku. Aku tidak bisa bohong kalau aku dulu sangat sakit hati hingga menangis dikatai begitu. Tapi hari ini tidak lagi, aku sudah bisa berlapang dada dan tersenyum ketika berpapasan dengan orang itu. Tidak ada lagi kebencian. Yang ada hanya pengertian. Dan aku bangga dengan diriku sendiri untuk hal ini... Jika orang mengataimu, itu mungkin karena dia tidak mengerti apa yang terjadi. Maafkanlah orang lain seperti kita memaafkan setiap kesalahan kita sendiri. Hidup ini akan terasa lebih ringan. Jika semua orang berpikir bahwa mata harus dibalas mata, maka semua orang di dunia ini akan buta.



Salam tangguh,

Fera Leo, a scolioser

Selasa, 07 April 2015

Win or Lose

The greatest glory is when you win above yourself.
The best lost is when you lose to your arrogancy and anger.